The Four Seasons: Autumn
Author: Admin DS
Cast :
-Lee Hyukjae
-Lee Eunjae (as you)
-Lee Sungmin
Lanjutan dari The Four Seasons: Spring. Happy reading~ warning! ada typo.
Eunjae’s pov
Sudah 2 tahun aku berada disini, London. Aku merindukan kekasihku dan juga kembaranku yang aneh itu. Aku juga ingin mengunjungi makam Eunhyuk. Aku sama sekali belum pernah mengunjungi makam anakku itu. Ibu macam apa aku ini?! Kemarin aku bermimpi Eunhyuk menemuiku. Dia merindukanku sama seperti aku merindukannya. Dia ingin aku mengunjungi makamnya secepatnya. Aku pun meminta izin pada eomma untuk pergi ke Korea. Eomma mengizinkanku, hari minggu aku akan berangkat kesana.
Hari ini hari dimana aku akan bertemu dengan Sungmin, Hyukjae dan anakku, Eunhyuk. Tujuan pertamaku setelah sampai di Korea adalah ke makam Eunhyuk. Aku memang tidak memberitahu Sungmin ataupun Hyukjae kalau aku kembali ke Negara Ginseng ini. Aku tidak ingin merepotkan mereka.
Makam Eunhyuk sangat bersih. Air mataku tiba-tiba menetes. Rasa bersalah menyelimutiku. Empat tahun sudah Eunhyuk pergi meninggalkan dunia ini dan aku baru bisa mengunjungi makamnya sekarang, tepat tahun keempat kematiannya.
“kenapa kau menangis?” Tanya seseorang yang berhasil membuatku terkejut. Aku menoleh kearahnya dan langsung memeluknya. Dia membalas pelukanku.
“dia sudah baik-baik saja disana. Oh, iya dia sempat menitipkan pesan untukmu padaku. Katanya dia sangat menyayangimu dan merindukanmu, sama sepertiku.” Air mataku semakin deras mengalir. Dia pun membawaku pulang kerumahnya.
Rumahnya kali ini lebih besar daripada sebelumnya.
“kau sudah sukses sekarang.” Kataku padanya.
“belum.” Katanya sambil membaringkan dirinya di sofa.
“kenapa?”
“masih ada satu misi lagi yang mungkin tidak pernah dapat aku selesaikan. Dan itulah yang belum membuatku sukses sampai sekarang.”
“misi apa?”
“mendapatkan hatimu kembali.”
Aku terpaku mendengarnya. Ternyata dia belum bisa berpaling dariku, “kita tidak mungkin bisa bersatu layaknya sepasang kekasih, Hyukjae. Kita ini kembar. K-E-M-B-A-R. Dan kita berasal dari satu rahim yang sama. Kau mau kejadian yang dulu terulang?” Air mataku mengalir. Bukannya menjawab, dia malah menarikku ke dalam pelukannya.
“uljima..” ucapnya sambil mengelus rambutku.
***~Autumn~***
Hyukjae memberitahu Sungmin tentang kedatanganku kembali ke Korea. Rumah Hyukjae pun ramai dengan pesta kecil-kecilan yang dibuat Sungmin untukku. Sampai sekarang aku masih memikirkan kata-kata Hyukjae tadi siang. Kata-kata itu terus terngiang didalam fikiranku.
“kenapa melamun?” Tanya Sungmin yang mengagetkanku.
“aniya, Sungmin-ah.”
“Eunjae….jangan berbohong padaku. Apa yang sedang kau fikirkan?”
“eobseo.” Jawabku dingin sambil berlalu meninggalkan dia.
Sungmin’s pov
Aku merasa kalau Eunjae berubah 180° padaku. Dia benar-benar cuek. Apa yang bisa membuatnya seperti itu. Mungkin pergaulannya selama di London atau dia sedang bertengkar dengan kembarannya itu. Aku tidak mau mengurusi hal yang bukan urusanku. Positive thinking sajalah.
Aku mengajak Eunjae berjalan-jalan ke Lotte World. Dia pun tidak menolak. Pagi menjelang siang, aku dan dia pun berangkat. Sesampainya kami langsung menaiki wahana Niagara. Setelah itu roller coaster dan wahana lainnya.
Setelah puas bermain di Lotte World, aku dan dia pun kembali kerumah. Diperjalanan, aku dan dia tenggelam dalam diam. Tak ada satu pun yang berbicara. Tadi di Lotte World dia hanya berbicara seperlunya. Kulihat dia. Dia tertidur. Aku memandangi wajahnya yang cantik itu. Benar-benar sempurna bagiku. Tapi menurutku dia dan Hyukjae tidak mirip sama sekali.
Tiinnn…..tinnn
Suara klakson mobil berhasil mengembalikan pandanganku kedepan. Truk itu berada didepan mobilku. Menghindari tabrakan, aku pun membanting setir kearah kiri dan mobilku masuk jurang yang lumayan dalam. Aku tak tahu setelah ini apa yang terjadi karena pandanganku gelap. Benar-benar gelap.
Eunjae’s pov
Suara klakson berhasil membuatku terbangun dari tidur. Aku pun membuka mataku. Mobil yang kutumpangi ini masuk jurang. Aku tak tahu benda apa yang mengenai mataku dan berhasil membuat mataku mengeluarkan darah. Sakit. Perih.
Setelah mobil ini berguling beberapa kali, aku membuka mataku. Gelap. Kenapa semuanya gelap? Aku mencoba berdiri. Aku pun memanggil nama Sungmin. Dia tidak menyahuti panggilanku. Ada apa dengannya? Aku tidak bisa melihat apapun. Mungkinkah aku….buta? Aku menangis. Perih rasanya ketika aku menangis. Lagi-lagi darah yang keluar dari mataku. Aku buta. Benar-benar buta. Tuhan, cobaan apa lagi yang Kau berikan padaku.
Hyukjae’s pov
Perasaanku tidak enak saat ini. Tiba-tiba aku memikirkan Eunjae. Kumohon dia baik-baik saja. Ponselku berdering. Kulihat nama yang terpampang. Eunjae. Aku langsung menjawabnya.
“yeoboseyo?”
Suara laki-laki? Dia sedang dimana? Mungkinkah ini suara Sungmin? Tidak. Ini bukan suaranya.
“yeoboseyo?” ulangnya.
“ne. Hyukjae disini. Ada apa?”
“betul kau saudara dari Eunjae?”
“betul. Ada apa dengan Eunjae?”
“dia mengalami kecelakaan. Dan matanya….”
“kenapa? Matanya kenapa?!”
“matanya mengalami pendarahan dan dia…buta.”
“dimana lokasinya sekarang?”
“…….”
Aku pun langsung mematikan sambungan ponselku dengan ponsel Eunjae. Aku menyalakan mobilku, lalu aku pergi ke lokasi yang disebutkan tadi. Sesampainya. Aku langsung mencari Eunjae. Keadaan mobil Sungmin benar-benar parah. Ada satu kantung jenazah. Oh kuharap didalamnya bukan Eunjae. Aku pun masuk kedalam ambulance. Disitu ada Eunjae. Dia terdiam sambil memeluk guling rumah sakit.
“Eunjae-ah…” panggilku lirih.
“Hyukjae-ah? Benar kau Hyukjae?”
Rupanya dia mendengarku, “iya. Benar aku Hyukjae..”
Dia bangkit dari tidur. Dia berusaha berdiri. Ketika dia ingin terjatuh, aku langsung menangkapnya dan menariknya kedalam pelukanku. Dia menangis didalam pelukanku.
“uljima, Eunjae-ah…”
“aku buta, Hyukjae. AKU BUTA!!!”
Ku pererat pelukanku padanya. Tanpa kusadari air mataku mengalir membasahi pipiku. Aku benar-benar sedih melihatnya seperti itu.
“dimana Sungmin?” tanyaku. Dia diam. Kemudian dia menangis lebih keras.
“Sungmin….sudah meninggal..”
Jadi, yang ada didalam kantung jenazah itu… Sungmin? Tuhan, kenapa kau memberikan banyak sekali cobaan dalam hidup kembaranku ini. Dosa apa yang membuatnya bisa mendapatkan cobaan sebanyak ini.
***~Autumn~***
Sudah seminggu Eunjae dirawat dirumah sakit. Keadaanya sudah agak membaik dari sebelumnya. Dia benar-benar butuh seseorang saat ini. Aku sedang memikirkan bagaimana caranya bilang pada eomma atas kejadian ini.
“Hyukjae-ah, aku ingin bertanya sesuatu padamu. Bolehkan?” ucapnya yang berhasil membuyarkan lamunanku.
“silahkan, Eunjae.”
“apakah….kau… masih….eng…mencintaiku…?” Tanyanya hati-hati.
Aku terdiam mendengar ucapannya. Aku melangkah menuju jendela yang tepat berada disamping ranjang rumah sakit tempat Eunjae dirawat. Sambil menatap pemandangan kota Seoul aku menjawab, “masih. Sampai kapan pun aku akan terus mencintaimu, Eunjae. Apakah itu masalah bagimu?”
“tidak. Itu bukan masalah bagiku. Jujur, aku….mulai mencintaimu kembali..”
Bingo! Akhirnya dia bisa mencintaiku lagi.
“tapi, aku takut…” lanjutnya.
“takut kenapa?” tanyaku sambil membelai rambut coklatnya.
“pada eomma dan…kau.”
“padaku? Waeyo?”
“penglihatanku sudah tidak seperti dulu lagi. Aku buta. Aku takut kau tidak bisa menerimaku apa adanya.”
“aku akan selalu menerimamu dalam keaadan apapun, Eunjae.”
Aku duduk disampingnya. Membelai lembut rambutnya. Kusingkirkan rambut yang menghalangi keningnya. Perlahan ku kecup keningnya lembut. Dia memejamkan matanya.
Author’s pov
Seorang lelaki sedang mendorong kursi roda yang berisi seorang perempuan yang terbaring cukup lemah. Kondisi sang perempuan makin hari makin menurun. Sang lelaki ingin membawanya ke sebuah taman yang berada di rumah sakit. Ketika sang perempuan batuk tidak henti-hentinya, sang lelaki mengurungkan niatnya membawa sang perempuan ke taman. Lelaki itu kembali membawa sang perempuan ke ruang tempat dia dirawat.
“Hyukjae-sshi, saudara anda belum bisa dibawa keluar ruangan dulu.” Kata dokter setelah memeriksa kondisi sang perempuan. Lelaki yang bernama Hyukjae itu kembali ke ruangan tempat dimana saudara kembarnya dirawat.
“chagi, kata dokter kau tidak boleh dibawa keluar ruangan dulu.” Kata Hyukjae sambil melangkah mendekati tempat tidur.
“tapi aku bosan di ruangan ini terus.”
“sabarlah. Kau pasti akan sembuh. Percaya padaku!” Hyukjae menyemangati kekasihnya yang sekaligus saudara kembarnya itu.
“aku benar-benar menyusahkanmu. Selain buta, aku pun terkena kanker paru-paru.” Air mata perempuan itu perlahan mulai turun membasahi pipi pucatnya. Hyukjae mengusap air mata kekasihnya itu dengan ibu jarinya, lalu dia menariknya kedalam pelukannya.
“sudah kubilang, aku akan menerimamu dalam keadaan apapun dan kau tak pernah menyusahkanku.” Ucapnya Hyukjae sambil mengelus pelan rambut kekasihnya.
“Hyukjae-ah, bagaimana kalau suatu saat aku meninggalkanmu selamanya?”
“Eunjae! Jangan berbicara seperti itu.”
“tapi semua yang bernyawa pasti akan mati kan?”
“iya jika itu takdirnya. Kau sekarang harus optimis sembuh, Eunjae. Jangan memikirkan hal-hal bodoh yang dapat membuatku tersiksa.”
***~Autumn~***
Bulan sudah berganti. Keaadan Eunjae semakin parah. Eomma mereka berdua belum tahu soal kejadian ini. Tiap eomma mereka menghubungi mereka, mereka selalu menjawab mereka baik-baik saja. Dan eomma mereka pun tidak mengetahui kalau mereka menjalin hubungan sebagai kekasih seperti dulu. Ya, mereka merahasiakan ini dari siapapun. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Mendengar kabar bahwa sang eomma akan datang ke Korea, mereka berdua khawatir. Kalau soal hubungan mereka itu mudah untuk disembunyikan, tetapi keadaan Eunjae? Itu mustahil dapat disembunyikan. Akhirnya mereka berdua mengaku. Hyukjae menelepon eommanya. Setelah tersambung, Hyukjae pun menjelaskan semuanya, kecuali hubungan mereka.
“kenapa kalian baru memberitahuku sekarang?” Tanya eomma mereka setelah sampai di rumah sakit.
“kami takut, eomma..”
“takut? Kenapa takut? Inikan murni kecelakaan. Atau kalian yang merencanakan ini makanya kalian takut?” selidik eomma mereka.
“aniya, eomma! Ini murni kecelakaan.”
“lalu apa yang membuat kalian takut?”
“aku takut….eomma marah.” Jelas Eunjae.
“eomma tidak akan marah sayang…” ucap sang eomma lembut.
***~Autumn~***
Eomma dan Hyukjae sedang berada di pusat perbelanjaan sekarang. Mereka ingin membeli keperluan mereka, terutama makanan. Keadaan ekonomi mereka sedang kritis saat ini, karena sang eomma tidak membawa uang lebih sewaktu dia ingin pergi kesini. Mereka berdua larut dalam diam. Sepanjang perjalanan bahkan sampai di pusat perbelanjaan pun mereka tetap diam. Ada satu hal yang membuat mereka berdua diam dan larut dalam pikiran masing-masing. Eunjae. Itulah yang membuat mereka berdua seperti itu. Eunjae belum mendapat pendonor yang tepat sampai saat ini padahal kanker paru-parunya sudah mencapai stadium ketiga. Dokter pun mengatakan kalau Eunjae belum juga mendapat pendonor yang cocok, maka ia angkat tangan. Hyukjae dan eommanya pun tidak mau kejadian itu terjadi. Hyukjae sangat ingin menjadi pendonor bagi Eunjae, tetapi golongan darah mereka berbeda dan Hyukjae sedang tidak sehat.
Setelah selesai berbelanja, mereka berdua kembali ke rumah sakit. Dibukanya pintu ruangan tempat Eunjae dirawat secara pelan-pelan. Terlihat Eunjae sedang tertidur pulas. Hyukjae melirik kearah jam yang ada ditangannya, 22.30. Sang eomma pulang ke rumah Hyukjae. Dia tidak tega melihat keadaan anaknya seperti itu.
Tersisalah Hyukjae dan Eunjae di ruangan itu. Hyukjae memperhatikan Eunjae intens. Rambutnya yang agak kusut, badannya yang kurus, dan mukanya yang pucat. Itulah yang Hyukjae lihat dari sosok perempuan yang amat dicintainya. Air matanya perlahan mengalir turun. Dengan cepat ia menyeka air matanya itu. Hyukjae duduk disamping Eunjae yang sedang tertidur. Dengan lembut ia membelai rambut Eunjae. Tangannya turun ke mata, hidung dan berhenti di bibir Eunjae. Hyukjae mengusap pelan bibir mungil Eunjae. Setelah puas melihat wajah kekasihnya itu, Hyukjae pun tidur di samping Eunjae sambil menggenggam tangan Eunjae.
Matahari sudah menampakkan dirinya di pagi menjelang siang hari. Sinarnya masuk ke celah-celah jendela ruangan yang ditempati dua insan yang sedang tertidur. Hyukjae terbangun karena sinar matahari yang terpantul oleh kaca. Dia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya lalu berjalan menuju jendela dan membukanya. Kota Seoul sangat ramai pagi menjelang siang ini. Daun-daun pepohonan berguguran yang membuat jalanan sedikit kotor, tapi Hyukjae sangat suka melihat daun-daun berguguran. Ada kesan indah tersendiri baginya.
Setelah selesai mandi, dia pun berniat membangunkan Eunjae. Perlahan Hyukjae mengguncang-guncangkan tubuh Eunjae. Eunjae pun bangun dan memnggeliat pelan.
“pagi menjelang siang, chagi.” Sapa Hyukjae hangat.
“pagi menjelang siang juga, Hyukjae-ah.”
“panggil aku chagi, Eunjae.”
“oke oke. Pagi menjelang siang juga, chagi.”
Terbentuk sebuah senyuman di bibir Hyukjae. Eunjae mencoba berdiri dan Hyukjae membantunya. Tiba-tiba Eunjae batuk. Dia menutupi mulutnya dengan tangan kirinya agar virus batuk itu tidak menular ke Hyukjae. Perlahan senyuman yang terbentuk di bibir Hyukjae luntur. Batuk Eunjae berhenti dan dai melepaskan tangannya. Betapa terkejutnya Hyukjae ketika melihat telapak tangan Eunjae. Darah. Ya, batuk itu mengeluarkan darah. Eunjae yang merasa di telapak tangannya terdapat sesuatu dia langsung mencium telapak tangannya dan memegangnya.
“apakah ini darah, Hyukjae?”
“ne, Eunjae. Tolong jangan menangis. Lebih baik kita ke kamar mandi sekarang untuk membersihkan ini.”
Sayangnya Eunjae sudah menangis. Hyukjae yang melihat itu langsung membawanya ke kamar mandi. Sesampainya dia langsung membersihkan tangan Eunjae dan bibirnya.
Tok tok
Hyukjae menyuruh Eunjae untuk tetap di dalam kamar mandi sedangkan ia yang akan membukakan pintu. Eunjae pun menurut. Hyukjae menghampiri pintu, lalu membukanya. Ternyata sang dokter.
“oh. Annyeong Hyukjae-sshi. Ada kabar gembira yang ingin saya katakan.”
“silahkan katakan, dok.”
“saya sudah menemukan pendonor yang tepat untuk Eunjae…”
“nuguya?”
“tunggu. Jangan memotong dulu. Besok pemindahan organ paru-paru sudah bias dilakukan. Oh, iya dia juga menyumbangkan matanya untuk Eunjae. Dan dia tidak mau diketahui siapapun, kecuali saya.”
“waeyo, dok?”
“mollayo. Besok Eunjae sudah bias dioperasi. Jam 13.15. Jangan lupa, Hyukjae-sshi. Baiklah, saya permisi.”
Setelah dokter itu keluar, Hyukjae langsung berlari ke kamar mandi dan memeluk Eunjae. Eunjae terkejut dengan hal itu. Hyukjae pun memberitahu pada Eunjae pembicaraan dia dan dokter tadi. Betapa senangnya Eunjae. Hyukjae langsung menghubungi eommanya.
“yeoboseyo, eomma?”
“ne, Hyukjae. Ada apa?”
“besok Eunjae sudah bisa di operasi….aish berisik sekali. Eomma sedang dimana?”
“eomma sudah kembali ke London, Hyuk. Mianhaeyo jika eomma tidak bilang pada kalian. Titipkan salam eomma pada Eunjae, ya?”
“oke, eomma.”
Sambungan pun terputus.
***~Autumn~***
Sudah 3 jam Hyukjae menunggu. Dokter belum juga keluar dari ruang operasi untuk memberitahu apakah berhasil atau tidak. Setengah jam kemudian dokter keluar dari ruangan itu. Hyukjae langsung menghampiri sang dokter.
“bagaimana, dok?”
“berhasil, Hyukjae-sshi. Organ baru itu bisa beradaptasi di dalam tubuh Eunjae dengan baik. Dia bisa hidup untuk waktu yang lama. Chukhahaeyo!”
Eunjae sudah bisa dibawa ke ruang rawat biasa. Dia sudah bisa melihat sekarang. Sekarang waktunya makan siang. Hyukjae menyuapi Eunjae. Dan Eunjae pun menyuapi Eunhyuk juga. Mereka berdua tertawa.
“akhirnya Tuhan mengizinkanku untuk melihat ketampananmu, Hyukjae-ah.”
-the end-
huaahh akhirnya jadi juga. minta kritik dan sarannya ya elpeudeul~ ^^